Family Ranch; Pemancingan; Saung Bambu Resto; Kolam Renang & Miniwaterboom

Pemancingan, Saung Bambu Resto dan Kolam Renang dengan Mini Waterboom "Buana Tirta" yang pertama dan satu-satunya tempat makan serta sekaligus tempat berekreasi, sangat cocok sekali untuk bersantai bersama keluarga atau pun bagi anak-anak muda yang ingin menikmati kebersamaannya di saung-saung yang asri;

Pemancingan, Saung Bambu Resto dan Kolam Renang dengan Mini Waterboom "Buana Tirta" ini bisa membuat kita sejenak meluangkan waktu untuk melepaskan kepenatan dari kesibukan kita setiap harinya. Tempat rekreasi "Buana Tirta" sangat menyatu dengan alam pedesaan, suasana yang sangat asri serta nyaman menjadikan kita bisa sejenak bersantai bersama keluarga, teman atau pun rekan bisnis anda;
Pemancingan, Saung Bambu Resto dan Kolam Renang dengan Mini Waterboom "BUANA TIRTA", juga melayani : Acara Rapat, Ulang Tahun, Presentasi, Arisan dan lain-lain. Jl. BBI (Balai Bibit Ikan) Kp. Parakan Badak,Desa Mekar Buana Loji - Pangkalan Kec. Tegal Waru Kab. Karawang Info:0857-111-44-159(Oky);

Follow Us @

PERKEMBANGAN MASUKNYA AGAMA ISLAM 
KE KABUPATEN KARAWANG 
         Jalur perdagangan dan penyebaran dari pusat pemerintahan Islam di Damaskus dan Baghdad ke Nusantara dalam garis besarnya ada dua, yaitu : melalui daratan Tiongkok ke Timur Tengah yang disebut  "Jalur Sutra" dan melalui Perelak di Aceh terus berlayar melalui Lautan India ke Gujarat dan Teluk Persia. 
      Sejak tahun 671 M, Kerajaan Melayu Tua dan Sriwijaya telah mengorganisir perdagangan rempah-rempah dan dengan menggunakan kapal dagang yang bertolak dari pelabuhan Muara Sabak, dekat sungai Batanghari. Route pertama yang dipergunakan selama hampir seratus tahun adalah tetap yaitu Muara Sabak, kapal pengangkut rempah-rempah melalui Cina Selatan dan berhenti dulu di Cempa. Dari sini kapal berlabuh di Canton Tiongkok, kemudian barang dagangan ini diangkut oleh rombongan para pedagang yang menggunakan unta, lewat jalan darat langsung menuju Damaskus Syiria.
        Pada tahun 715 M, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik dari Dinasti Umayah, menemukan jalur perdagangan yang baru yang lebih menguntungan yaitu melalui Teluk persia terus ke Gujarat India, ke Perelak di Aceh, kemudian langsung ke Kerajaan Sriwijaya. Untuk meningkatkan perdagangan dan penyebaran agama Islam, Khalifah Umar bin Abdul Aziz Tahun 718 M, mengirim misi diplomatik ke Kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Kalangga di Japara, sehingga perdagangan semakin menguntungkan dan Kota Damaskus menjadi kota perdagangan di Dunia. Namun tidak digunakan "Jalur Sutra" tentu sangat merugian Tiongkok, sehingga Kaisar dari Dinasti Tang yang memerintah abad VII-IX melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Sriwijaya dan Raja Sirndrawarman yang telah memeluk agama Islam tewas terbunuh .
        Kerenggangan diplomatik dengan pihak Tiongkok dapat dipulihkan kembali oleh Khalifah Harun Al Rasyid yang memerintah tahun 786-809 M, sehingga bukan saja melancarkan hubungan dagang, akan tetapi juga dalam penyebaran Agama Islam. Hal ini ditandai dengan bertambahnya Islam di sumatra dan Malaka. Seperti kesultanan Daya Pasai, Bandar Kapilah, Muara Malaya, Aru Baruman, dan kesultanan Kuntu Kampa. Perdagangan yang melalui dua jalur tadi membawa kestabilan dan pemerintahan Kesultanan Islam di Sumatra dan Malaka dan penyebaran agama Islam antara Abad VII-XV makin meluas ke kota kota  pelabuhan di pulau Jawa. Pada Tahun 1409, Kaisar Cheng Tu dari Dinasti Ming memerintahkan Laksamana Haji Sampo Bo untuk memimpin Armada Angkatan Lautnya dan mengerahkan 63 buah Kapal dengan prajurit yang berjumlah hampir 25.000 orang untuk menjalin persahabatan dengan kesultanan yang beragama Islam. Dalam Armada Angkatan Laut Tiongkok itu rupanya diikut-sertaan Syeh Hasanuddin dari Campa untuk mengajar Agama Islam di Kesultanan Malaka, Sebab  Syeh Hasanuddin adalah putra Ulama besar Perguruan Islam di Campa yang bernama Syeh Yusuf Siddik yang masih ada garis keturunan dengan Syeh Jamaluddin serta Syeh Jalaluddin Ulama besar Mekah. Bahkan menurut sumber lain garis keturunannya sampai kepada Syaidina Husein bin Syaidina Ali ra, menantu Rasulullah SAW. Adapun pasukan angkatan laut Tiongkok  pimpinan Laksaman Sam Po Bo lainnya ditugaskan mengadakan hubungan persahabatan dengan KI Gede Tapa Syah Bandar Muara Jati Cirebon serta sebagai wujud kerjasama itu dibangunlah sebuah menara dipantai pelabuhan Muara Jati.
        Kegiatan penyebaran Agama Islam oleh Syeh Hasanuddin rupanya sangat mencemaskan penguasa Pajajran yang bernama Prabu Angga Larang, sehingga dimintanya agar penyebaran tersebut dihentikan. Oleh Syeh Hasanuddin perintah itu dipatuhi. Kepada utusan yang datang kepadanya ia mengingatkan, bahwa meskipun Dakhwah itu dilarang, namun kelak dari ketrunan Prabu Angga Larang ada yang akan menjadi Walillulah. Beberapa saat kemudian  Syeh Hasanuddin mohon diri kepada Ki Gede Tapa sendiri, sangat prihatin atas peristiwa yang menimpa Ulama Besar, Sebab Ia pun ingin menambah pengetahuannya tentang Agama Islam. Oleh karena itu sewaktu Syeh Hasanuddin kembali ke Malaka, putrinya yang bernama Nyi Subang Karancang dititipkan ikut bersama Ulama Besar ini untuk belajar Agama Islam di Malaka.
        Beberapa waktu kemudian Syeh Hasanuddin membulatkan tekadnya untuk kembali ke wilayah Kerajaan Hindu Pajajaran. Untuk keperluan tersebut, maka telah disiapkan 2 perahu dagang yang memuat rombongan para santrinya termasuk Nyi Subang Karancang. Setelah rombongan ini memasuki Laut Jawa, Kemudian memasuki Muara Kali Citarum yang ramai dilayari oleh Perahu para pedagang yang memasuki wilayah Pajajaran. Selesai menyusuri Kali Citarum ini akhirnya rombongan perahu singgah di Pura Dalam atau Pelabuhan Karawang. Kedatangan rombongan Ulama Besar ini disambut baik oleh petugas Pelabuhan Karawang dan di izinkan untuk mendirikan Musholla yang digunakan juga untuk belajar mengaji dan tempat tinggal. 

Categories:

One Response so far.

  1. Anonymous says:

    Valid ga neh ceritanya???? pisss

Leave a Reply