Family Ranch; Pemancingan; Saung Bambu Resto; Kolam Renang & Miniwaterboom

Pemancingan, Saung Bambu Resto dan Kolam Renang dengan Mini Waterboom "Buana Tirta" yang pertama dan satu-satunya tempat makan serta sekaligus tempat berekreasi, sangat cocok sekali untuk bersantai bersama keluarga atau pun bagi anak-anak muda yang ingin menikmati kebersamaannya di saung-saung yang asri;

Pemancingan, Saung Bambu Resto dan Kolam Renang dengan Mini Waterboom "Buana Tirta" ini bisa membuat kita sejenak meluangkan waktu untuk melepaskan kepenatan dari kesibukan kita setiap harinya. Tempat rekreasi "Buana Tirta" sangat menyatu dengan alam pedesaan, suasana yang sangat asri serta nyaman menjadikan kita bisa sejenak bersantai bersama keluarga, teman atau pun rekan bisnis anda;
Pemancingan, Saung Bambu Resto dan Kolam Renang dengan Mini Waterboom "BUANA TIRTA", juga melayani : Acara Rapat, Ulang Tahun, Presentasi, Arisan dan lain-lain. Jl. BBI (Balai Bibit Ikan) Kp. Parakan Badak,Desa Mekar Buana Loji - Pangkalan Kec. Tegal Waru Kab. Karawang Info:0857-111-44-159(Oky);

Follow Us @

PURWA WACANA

Berbincang tentang wilayah Karawang, kenangan diajak menerawang ke masa lampau sejak perjalanan peradaban penghuni di Tatar Sunda khususnya dan wilayah Nusantara umumnya mulai menapaki awal perjalanan keberadaannya.

Memang adakalanya berbincang tengtang masa lalu kadang terperangkap pada suasana emosi yang penuh romantisme dan nostalgia. Dan keadaan seperti itu tidak kita kehendaki, dan perbincangan kita tidak mengarah kepada “mimpi nan indah masa lampau”. Dambaan kita adalah firman-Nya, “Bahwa hari esok akan lebih baik dari hari sekarang asal bila selesai satu pekerjaan kita garap yang lainnya. Bukankah disabdakan-Nya pula suatu perubahan hanya dapat terjadi bila kita mau merubahnya”.

Berbincang tentang masa lalu, dalam usaha untuk mencoba mencari “KARAKTER” khas wilayah Karawang dan stakeholders-nya, mungkin perlu dicoba agar kita bisa membangun wilayah tempat kita hidup “lemah cai geusan jadi, sarakan paduriatan” sesuai dengan fitrah Ilahiah dan insaniahnya. Bukankah segala sesuatu akan sejahtera bila lingkungan hidupnya serasi dengan fitrahnya.


Pada saat ini bila kita berkesempatan memasuki kota-kota yang berada di Tatar Sunda - Jawa Barat, yang terasa dan terekam sebagian besar adalah atmosfir kehidupan kota-kota bernuansakan “jaman sekarang” - kota metropolis - yang hampir seragam keadaannya. Kota Karawang pun tidak terkecuali akan menuju kota metropolis, karena secara georagrafis kewilayahannya begitu dekat dengan Kota Jakarta, yang sudah lebih dulu menjadi metropolitan dengan sejumlah permasalahan yang menimpanya.
Permasalahan yang dihadapi para stakeholders di setiap kota besar itu pun hampir seragam pula. Antara lain permukiman kumuh, sampah yang selalu menjadi masalah, perihal air yang semakin mengkhawartirkan baik kualitas maupun kuantitasnya. Ini baru masalah yang berskala fisik, belum lagi masalah kehidupan lainnya yang menyangkut kualitas penduduknya. Kehidupan manusia di kota-kota modern sangat rentan untuk timbulnya berbagai penyakit yang menerpa fisik dan psikis penduduknya sebagai akibat dari polusi, kontaminasi, radiasi, kesibukan, stres, kelelahan, kekenyangan karena serba dimakan, kelaparan dan kurang gizi karena tak teratur makan, kesenangan ragawi tanpa kendali dsb. Keadaan ini bila tidak diantisipasi dengan segera akan terus menurunkan kualitas pembangunan manusia yang sehat sejahtera. Bukankah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat hanya menduduki nomor 17 dari 26 provinsi di bawah IPM Provinsi Papua dan NAD. *)

IPM Kabupaten Karawang pun belum menggembirakan, masih sangat memerlukan kerja keras dari seluruh fihak. Menurut catatan resmi ada enam kabupaten di Prop. Jawa Barat yang IPM-nya masih harus ditingkatkan, yaitu kabupaten : Garut, Karawang, Sukabumi, Cirebon, Majalengka dan Indramayu. **)

Demikian pula yang tengah dialami NKRI dewasa ini, tiga aspek penanda signifikan menginformasikan bahwa dunia pendidikan di negara kita adalah peringkat ke-49 dari 49 negara berkembang, berarti peringkat terbawah. Dalam bidang ekonomi urutan NKRI adalah ke-48 dari 49 negara berkembang. Yang paling memilukan, NKRI adalah peringkat ke-2 negara yang paling korup dari 49 negara berkembang. Mau berkelit bagaimana lagi bagi kita, bila telah demikian nyata keadaannya. ***)

Sumber:
*) Informasi Dinas Tarkim, 6-8-2004.
**) Sosialisasi Konsep IPM dan pemanfaatan dalam Perencanaan Pembangunan. BAPEDA Jabar. 2001.
***) Solihin G.P dalam PR , 16-8-2004.

RUTR DAN RTRW KARAWANG
Tentulah Pemda Kabupaten Karawang telah mempunyai RUTR (Rencana Umum Tata Ruang) dan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) yang telah terjabarkan secara rinci. Adapun titik berat kewilayahan agar berhasil adalah kesesuaian rencana dan aplikasinya dengan “karakter sosio-geografis dan budaya setempat” dan pada gilirannya nanti pembangunan wilayah akan bertumpu pada kualitas karakter masyarakat setempat.

Menyimak kontur geografis wilayah Karawang, sebagian besar adalah daerah pesisir dan dataran yang luas terbentang. Maka karakter wilayahnya akan terpusat pada pertanian khususnya sawah dan penangkapan ikan laut (baik nelayan maupun pembudidayaan). Filsafat kehidupan masyarakatnya harus mengacu kepada pemuliaan air dan tanah termasuk pantai dan hutan pantainya (bakau). Kesadaran pemulian tanah dengan memelihara kualitas “hara” yang alami serta pemuliaan air secara kualitas dan kuantitas harus menjadi acuan berkehidupan masyarakat Karawang.

Kini di wilayah Karawang bermunculan industri dalam berbagai skala. Salah satu hal yang perlu mendapat perhatian serius, yaitu dampak polusi limbahnya yang mungkin akan sangat mempengaruhi kualitas tanah dan air sekitarnya. Kesadaran dari semua fihak untuk menjaga lingkungan hidup dan habitat biotanya perlu ditumbuhkan, supaya terjadi sinergi yang saling menguntungkan tanpa merusak lingkungannya.

WILAYAH KARAWANG SALAH SATU PENANDA SITUS SEJARAH SUNDA
Secara toponimi nama Karawang diperkirakan berasal dari:
Kata “Karawaan” yang berarti wilayah yang banyak rawanya.

Ada pula yang memaknai berasal dari kata “Quro-wang” yang berasal dari tempat Syeh Quro (yaitu pasantren yang pertama ada di wilayah Tatar Sunda yang terletak di wilayah Karawang sekarang; salah seorang santri wanitanya adalah Puteri Subanglarang yang diperisteri oleh Prabu Sri Baduga Maharaja/Siliwangi) dan kata “wang = wong, orang”.

Karawang > dikarawang = tepi kain (selendang) yang diberi ornamen berlubang agar menjadi indah.

Asal kata yang mana yang akan dijadikan acuan, tidak menjadi masalah, semuanya mengandung makna yang positif, misalnya:

Bila mengacu pada kata Karawang < karawaan, artinya daerah berawa yang tentu tidak akan kekurangan air, filosofi air menjadi acuannya.


Bila hendak mengacu kepada kata “Quro-wang”. Mengandung makna yang sangat religius, maka sepantasnya wilayah Karawang beserta penduduk dan para pemimpinnya berkualitas akhlak religius (khususnya Islami).

Bila mengacu kepada kata “karawang” yang berarti ornamen nan indah, tentulah wilayah Karawang harus menjadi wilayah yang indah tertata rapih permukimannya serta indah pula perangai akhlak penduduknya.

Akhir-akhir ini ternyata wilayah Karawang menjadi salah satu penanda awal dari situs kesejarahan/arkeologi di wilayah Tatar Sunda. Eskavasi situs Batujaya dan sekitarnya menunjukkan kualitas “peradaban” yang tinggi pada masanya. Dari wilayah Karawang inilah peradaban Tatar Sunda mulai menyebar ke seantero wilayah Jawa Barat malah melampaui batas wilayah admisnistrasi memasuki wilayah Jawa Tengah.

Sejak ditemukan sekitar tahun 1984 sampai sekarang komplek percandian ini telah mengundang perhatian yang luas dari berbagai pihak untuk melakukan penelitian. Beberapa lembaga resmi yang terlibat secara langsung dalam upaya mengungkap eksistensi situs ini adalah Pusat Penelitian Arkeologi (dahulu bernama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional), Direktorat Perlindungan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, dan Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Bahkan penelitian yang berkesinambungan telah dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi sejak tahun 1992 sampai sekarang.

Saat ini diketahui bahwa Situs Batujaya merupakan sebuah komplek percandian yang tersebar dalam radius 5 kilometer dan berada sekitar 6 km arah selatan dari pantai utara Jawa Barat. Sampai saat ini telah ditemukan 24 titik lokasi/unur yang diduga mengandung tinggalan arkeologi di dalamnya, 13 lokasi berada di Desa Segaran dan 11 lokasi berada di Desa Telagajaya. ****)

Kesadaran akan sejarah wilayahnya akan memperkuat jatidiri penduduk wilayah tersebut. seperti yang dikatakan seorang sosiolog dari Barat yaitu Miland Kundera menyebutkan bahwa “Menghancurkan suatu bangsa hilangkan saja kebanggaan akan sejarahnya”, dengan kalimat lain “hancurnya suatu bangsa bila bangsa tersebut tidak lagi bangga akan sejarahnya”. Demikian pula siapa yang tidak mengenal sajak Khairil Anwar “Antara Karawang-Bekasi” yang demikian patriotis. Semoga saja ruh patriotik ini selalu mengalir dalam darah dan nafas penduduk Karawang serta para pemimpinnya. Patriotismee dan kesadaran akan sejarah bangsa sangierlu pada waktuini, ketika rsa nasionalisme murkikir dari reluhatanak bangsa. Pada saat ini begitu banyak anak bangsa yang lebih merasa bangga dengan bangsa dan negara lain daripada negaranya sendiri.

PUNGKAS WACANA
Menyimak wacana di atas ternyata masih banyak pekerjaan yang menunggu kreatifitas dan etos kerja serta kesungguhan hati dari seluruh putera-puteri Karawang beserta para pemimpinnya dalam menata kesejahteraan wilayahnya.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan inayyah, hidayah serta magfirahnya kepada kita semua yang tengah menapaki kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang Madani Mardotillah. Amin!

Alhamdulillahirrobbil’alamin.
Karawang, 2004.
Sumber:
****) Disbudpar Prop. Jabar 2004.

Categories:

Leave a Reply